Mar 31, 2010

Banyu

Sebut saja namanya Banyu. Saya mengenal Banyu sejak SMA. Kami berteman dekat. Dulu Banyu adalah sahabat mantan kekasih saya. Diantara sahabat-sahabat saya yang lain, hanya Banyu yang menurut saya unik. Dia, dengan dirinya yang apa adanya banyak menginspirasi saya dalam segala hal. Ia juga bisa banyak hal, wawasannya luas, pembawaannya santai dan selalu apa adanya. Dalam banyak kesempatan kami sering membicarakan banyak hal, filsafat, politik, teologi, sejarah, musik, film, semuanya. Satu hal yang membuat saya begitu mengistimewakan Banyu, karena hanya dia yang paling nyambung.

Perjalanan waktu membuat kami semakin akrab. Saya mempercayai Banyu. Dialah orang pertama yang saya hubungi ketika saya mengalami apapun. Hingga suatu ketika orang yang menjadi tumpuan harapan saya, seorang kusumaning ati yang saya puja dan cinta terpaksa harus melupakan semua asa yang pernah kami rajut. Dan, Banyulah orang pertama yang dengan hati terbuka mendengarkan semua ungkapan kemarahan, kekecewaan, dan rasa sakit hati yang mendalam.

Persahabatan yang terpisah benua tak menghalangi keakraban diantara kami. Perjumpaan pertama kami terjadi di sebuah kota tua yang pernah menjadi pusat peradaban dunia pada zamannya. Cairo, disanalah kami bertemu untuk pertama kalinya. Menyusuri setiap gang, beriringan, akrab namun masih terasa asing. Maklumlah selama ini kami hanya berhubungan di dunia maya. Disana, tapak-tapak kaki kami menjadi saksi ikatan perasaan dua anak manusia yang tak disadari. Lembut, dalam, tapi abu-abu.

Perjumpaan kedua terjadi di kota yang meninggalkan banyak kenangan indah buat saya, kota dengan segala pernak pernik budayanya yang metropolis tradisionalis. Yogyakarta, disanalah kami mengukir kenangan kedua, romansa dari kisah persahabatan kami. Menyusuri jalan setapak di kaki gunung merapi, berjalan beriringan bergandengan tangan. Ah…kenangan itu takkan terlupakan kawan.

Banyu adalah orang kedua yang banyak membawa pengaruh dalam hidup saya. Pikirannya yang rasionalis sedikit banyak telah merubah pandangan saya yang cenderung melankolis. Hidup, menurutnya adalah untuk dinikmati. Tidak seharusnya kita disibukkan dengan pencarian hidup yang nikmat.

Banyu, dengan segala kekurangan dan kelebihannya telah menyihir saya untuk sangat mengagumi sosoknya. Dan satu hal yang paling saya benci, perasaan kagum yang berlebih ini rupanya tumbuh subur hingga memunculkan benih-benih perasaan yang lain. Tak dapat dipungkiri, saya mulai menyukai Banyu, mulai sering memikirkan Banyu, mulai khawatir jika ia tak kunjung memberi kabar lewat pesan facebook. Banyu pun mulai sering muncul dalam mimpi-mimpi saya setiap malam. Dan Banyu telah membuat saya menggantungkan harap kepadanya. Meskipun semua itu muncul dari salah satu pihak, namun hal itulah yang membuat rasa itu tetap ada.

Banyu, meskipun selamanya ia hanya akan menganggap saya sahabat, lewat tulisan ini saya hanya ingin menyampaikan bahwa penguasa langit dan bumi-lah yang menentukan jalan kita. Ijinkan saya untuk masih berjalan bersamamu. Namun, jika di persimpangan jalan nanti kita harus berpisah, kumohon kau percaya bahwa saya tak pernah sedikitpun berbohong padamu, tentang segala rasa dan asa yang pernah saya ungkapkan. Saya ikhlaskan dirimu mengalir, mencari muara suci cita-citamu.







Jalan kita hanya berputar
Biarkan takdir tentukan arahnya
Mimpi kita raih cita-cita
Dibalik semua ada romansa  













0 comments:

Post a Comment

 
Copyright © L. All rights reserved.
Blogger template created by Templates Block | Start My Salary
Designed by Santhosh