Aug 11, 2010

Pak dewan jangan takut, kami mahasiswa bukan singa

Ahad, 8 agustus 2010 saya berkesempatan bertemu dengan salah satu anggota DPR komisi XI dari fraksi PKS yang sedang berkunjung ke Tripoli, bapak Surahman Hidayat . Dalam kunjungan pribadinya tersebut beliau menyempatkan bertatap muka dengan mahasiswa Indonesia di Tripoli. Hanya yang saya sayangkan tema yang diangkat dalam temu wicara sekedar tema umum dalam rangka tausiyah menyambut bulan suci ramadhan. Padahal saya yakin di benak para mahasiswa tersimpan banyak pertanyaan tentang perkembangan bangsa. Kasus-kasus korupsi, pemilihan ketua KPK, kasus mafia hukum, kenaikan TDL, masalah ledakan tabung gas, dan yang terbaru kasus salah seorang anggota DPR yang memperkosa gadis. Selama ini kami hanya membacanya dari berita internet. Padahal pemberitaan pers sangat berkaitan dalam objektifitas sebuah berita. Meski satu berita, namun penyampaian yang berbeda akan meninggalkan kesan yang berbeda pula kepada pembaca. Itulah kenapa saya sangat berharap para anggota dewan yang berkunjung ke luar negeri agar tidak "takut" menghadapi pertanyaan-pertanyaan mahasiswa seputar isu-isu yang sedang hangat di Indonesia.

Saya ingat ketika dulu masih SD, ada sebuah program di televisi yang menurut saya keren habis. Semacam acara dialog tokoh begitulah. Dan penontonnya para mahasiswa yang ketika itu menurut saya kritis-kritis. Saya sampai membayangkan kelak ingin seperti mahasiswa-mahasiswa itu. Berdialog dengan tokoh-tokoh bangsa, dan masuk tv hehehe…. Sayang acara seperti itu sudah tidak ada lagi. Eh malah sekarang semakin banyak acara gosip yang isinya cuma kawin cerai artis.

Dulu mahasiswa  angkatan masa-masa awal pasca reformasi kelihatan sekali "taringnya". Setelah puluhan tahun terbungkam oleh rezim orde baru, bom waktu reformasi meledakkan suara mahasiswa dari berbagai latar belakang dan agama, semua bersatu dalam satu tujuan menggulingkan rezim Soeharto. Saya membayangkan bagaimana kiprah para mahasiswa dan pemuda angkatan pra kemerdekaan yang bahu membahu, meleburkan sekat-sekat kedaerahan dan agama, bersatu demi satu tujuan merebut kemerdekaan. Tapi kenapa mahasiswa sekarang "taringnya" pada nggak tajam ya? Enam tahun pemerintahan SBY yang banyak "trial and error" tapi tak terdengar suara mahasiswa. Kalaupun ada aksi sekedar aksi kecil-kecilan yang kurang menggigit.

Memang mahasiswa bukan polisi politik yang wajib mengontrol polah politisi. Mahasiswa juga bukan pengawas hukum yang harus mengawasi ketidakadilan penegak hukum. Tapi sebagai bagian dari masyarakat yang terdidik, mahasiswa perlu mengawal jalannya pemerintahan.

Saya selalu berharap akan ada generasi mahasiswa "bertaring tajam" seperti mahasiswa angkatan reformasi yang peduli terhadap persoalan bangsa. Bukan mahasiswa "keong racun" yang hanya tahu cinta dan hura-hura.



0 comments:

Post a Comment

 
Copyright © L. All rights reserved.
Blogger template created by Templates Block | Start My Salary
Designed by Santhosh